3 October 2009

Tidak Ikhlas?

Tidak Ikhlas?

Di esai Bicara Tauhid Bicara Keyakinan, dan di sampel ”sedekah mengantarkan umrah”, saya
perhatikan kemudian muncul banyak pertanyaan dari Peserta KuliahOnline tentang ”Ikhlas
tidak ya kalau kita bersedekah sebab mengharap imbalan?”.

Sebenernya ini soal klasik yang sering ditanyakan oleh jamaah. Baiklah, saya selang dulu
dengan esai tentang keikhlasan dan doa, yang saya ambil seadanya dari buku terbaru saya
yang judulnya: ”an Introduction to THE MIRACLE”.
Esai ini seadanya memang saya ambil. Silahkan saja direnungkan. Mudah-mudahan bisa
menjelaskan tentang perbedaan antara ikhlas, yakin, nurut sama Seruan Allah, serta doa.


Buat saya ini adalah soal Tauhid. Soal keyakinan, soal kepercayaan. Yakin dan percaya akan
seruan Allah dan Rasul-Nya. Yakin dan percaya akan Janji-Janji Allah. Yang lain menyebut
”tidak ikhlas”, saya lebih memilih menyebut ”saking percayanya sama Allah lalu saya
melakukannya”. Yang lain menyebutnya ”tidak ikhlas”, saya lebih memilih menyebutnya
”berharap sama Allah”. Dan yang lain menyebutnya sebagai pamrih atas ibadah-ibadah yang
dilakukan karena dunia, saya lebih kepengen meyakininya sebagai sebuah keutamaan jalan
sebab yang memberikan petunjuk adalah Yang Memiliki Dunia yang juga menyuruh kita beribadah.


Selamat mengikuti esai-esai ini. Insya Allah besok masih saya cuplikkan bahagian dari buku
tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ”ikhlas atau tidak ketika kita
beribadah lalu berharap imbalan?”. Insya Allah besok saya akan naikkan esai yang
judulnya: ”Ibadah: Jalan Rizki Utama”. Tunggu dah besok ya. Waba’du, saya terus
mendorong kawan-kawan WebOnline untuk menyempurnakan BelanjaOnline agar peserta
langsung bisa mendapatkan buku aslinya. Ini bukan promosi, tapi sekalian nyuruh beli, he he he.

Untuk lebih lengkapnya silahkan download versi cetaknya :

KDW0118 Seri 18 dari 41 seri/esai


0 komentar:

Post a Comment